Friday, May 3, 2013

Jathilan


Jathilan adalah sebuah tarian drama yang menceritakan tentang pertempuran dua kelompok prajurit berkuda dan bersenjatakan pedang. Tarian ini biasanya mengangkat cerita-cerita babad tanah Jawa seperti, cerita Panji , Ario Penangsang dan cerita lain era kerajaan Majapahit. Dalam penampilanya sang penari menggunakan sebuah kuda tiruan yang  biasanya terbuat dari anyaman bambu dan disebut Kuda Kepang. Bak seorang kesatria yang gagah berani, para penari beraksi sambil menunggangi kuda tiruan tersebut dengan diiringi gamelan jawa.

Pada versi aslinya, pertunjukan dimulai dengan alunan gamelan yang mainkan para penabuh (wiyogo). Kemudian keluarlah para prajurit yang dipimpin senopati nya masing-masing. Adegan selanjuntnya adalah tarian yang menggambarkan persiapan yang dilakukan sebelum perang kemudian dilanjutkan dengan adegan peperangan. 

Saat peperangan akan dimulai, keluarlah Buto, Rasekso, dan Barongan yang dimaksudkan sebagai gambaran makhluk pengganggu.
Setelah beberapa saat satu per satu penari akan mengalami  apa yang disebut trance atau kesurupan (kondisi tidak sadarkan diri tetapi tetap menari). Disinilah pertunjukan mulai seru karna para penari yang kesurupan tersebut biasanya akan melakukan gerakan-gerakan akrobatik seperti, mengunyah beling, mengupas kelapa dengan gigi, bahkan tak jarang penari yang kesurupan ini meminta sesuatu yang aneh-aneh seperti kemenyan, kembang, daun-daun tertentu, meminta bertemu dengan orang tertentu, meminta air dari sumber tertentu dan sebagainya. Kalo permintaan   mereka tidak dituruti, biasanya mereka akan berlari keluar arena untuk mencari sendiri apa yang diinginkanya.

Saat para penari mulai kesurupan, munculah tokoh penthul dan tembem. Penthul dan tembem ini fungsinya sebagai pamomong para penari yang mulai kesurupan tersebut.

Menurut beberapa kalangan,  kesenian jathilan ini mulai tumbuh subur pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro (1825 – 1830). Konon kesenian jathilan ini digunakan para pengikut Diponegoro untuk menjalankan misi intelijen yang ketika itu sedang berperang melawan Belanda (VOC). Adalah penthul dan tembem, tokoh yang menjadi kunci dalam menjalankan misi intelijen ini.  Gerak geriknya yang lucu dan bebas bergerak kesana kemari membuat kedua tokoh ini leluasa untuk mengamati lingkungan atau berhubungan dengan sesama pengikut Pangeran Diponegoro. Untuk memuluskan aksinya mereka biasanya menggunakan sandi-sandi tertentu.

Seiring berjalanya waktu, kini seni tari Jathilan di variasikan dalam berbagai versi baik segi musikalnya maupun segi tarianya. Ada yang mengkolaborasikan dengan gerakan tari modern dan ada juga yang mengemas musiknya dengan musik-musik masa kini seperti dangdut, campursari dan sebagainya.
Bagi kami, yang  versi aslinya adalah yang terbaik, dan di Desa Wisata Banjaroya masih banyak kelompok kesenian Jathilan yang bertahan dengan versi aslinya.

sumber : http://dewabara.wordpress.com/seni-budaya/jathilan/

No comments:

Post a Comment