Sunday, May 5, 2013

Visit Ponorogo

Indonesia , suatu negara yang mempunyai berbagai macam budaya dan tradisi di setiap daerahnya. Tidak terkecuali di Ponorogo. Di Ponorogo mempunyai banyak kegiatan yang bertemakan budaya. Contohnya saja yang sering banyak kita jumpai yaitu Festival Reyog Nasional atau biasa disingkat FRN. FRN sendiri merupakan Festival Reyog yang sangat dinanti-nantikan warga Ponorogo dan sekitarnya. Karena, ini merupakan sesuatu budaya asli yang berasal dari Ponorogo. Untuk pesertanya datang dari berbagai daerah. Mulai dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, serta yang pastinya datang dari masyarakat Ponorogo juga. 

Dalam acara FRN tersebut, ada berbagai runtutan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kakbupaten Ponorogo. Mulai Pemilihan Duta Kakang Senduk, Larung Sesaji, Kirab Budaya, dan masih banyak kegiatan yang dirangkum dalam satu wadah , GREBEG SURO

sumber : http://storypartofme.blogspot.com/2013/01/visit-indonesia-visit-ponorogo.html

Friday, May 3, 2013

Web Resmi Ponorogo

DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAH RAGA
Jalan Pramuka No. 19 A Telepon 
(0352) 486012
 P O N O R O G O


Contact Us :

ponorogo.id@gmail.com

Jenang Mirah

Asal mula nama Jenang Mirah dari nama ibu yang membikin jenang yaitu ibu Mirah. Karena waktu itu orang mengetahui produk dari nama pembuatnya. Sehingga sampai sekarang pun nama tersebut menyatu dengan makanan Khas Ponorogo yaitu Jenang Mirah / Jenang bikinan ibu Mirah Oleh oleh Khas Ponorogo Jenang Mirah sejak 1955. Josari - Jetis - Ponorogo - Jawa Timur - Indonesia telp. 0352 311800. Merupakan makanan khas ponorogo yang dibuat dari bahan bahan asli yaitu beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali di freezer/cooker. 

Jenang Mirah makanan khas Ponorogo untuk dihidangkan bersama minuman apapun disantap sambil jagongan/ berbincang bincang dengan sahabat teman dan saudara. Di outlet Jenang Mirah yang buka mulai jam 05.30 - 20.00 WIB di Jalan Raya Ponorogo-Trenggalek Km 7, dekat Pondok Modern Gontor Ponorogo, ada berbagai kue kering yang pas buat oleh-oleh khas Ponorogo.

Es Dawet Jabung


Es dhawet Jabung ini adalah kuliner asli Ponorogo, tepatnya di desa Jabung. Letaknya sekitar 7Km selatan kota, antara Jeruk Sing – Jetis, lebih dek dengan Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo. Yang menarik dari es dhawet Jabung ini adalah rasanya yang khas banget, perpaduan antara es seger, gula jawa yang manisnya sesuatu, santan yang segar, tape ketan dan cendol yang kental dan harum.

Dalam pembuatannya, es ini dawetnya sendiri terbuat dari tepung aren yang kemudian dibentuk seperti lazimnya bentuk dawet kebanyakan. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren atau gula jawa dan sedikit garam. Untuk memperkaya rasa, maka biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah nangka. Semuanya dimasukkan salam satu mangkok kecil dan ditambah dengan es batu. Dawet jabung mempunyai rasa yang amat khas dan cara penyajian yang unik, bahkan tak ada duanya diIndonesia. Harganya pun juga murah.

sumber : http://terpaksabikinwebsite.wordpress.com/2012/04/09/es-dhawet-jabung-ponorogo-minuman-paling-enak-sedunia/

Sate Ponorogo

sate ponorogo

Sate ayam ini berbeda dengan sate ayam pada umumnya. Bila sate ayam umumnya dipotong-potong kecil lalu ditusuk berjajar, tapi di warung makan ini, daging ayam dipotong kecil memanjang, kemudian ditusuk. Satu tusuk hanya terdiri dari satu potongan kecil memanjang.

Sate dihidangkan bersama lontong dan disiram bumbu yang terbuat dari kacang dan bawang yang sudah ditumbuk halus.

Pondok Modern Darussalam Gontor

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah sebuah pondok pesantren di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Pondok ini mengkombinasikan pesantren dan metode pengajaran klasik berkurikulum seperti sekolah.Berlokasi di kecamatan Mlarak, Pondok pesantren ini merupakan pondok pesantren modern pertama dan terbesar di Indonesia. Dikenal secara nasional bahkan internasional. Siswanya datang dari berbagai negara tetangga.

Grebeg Suro


Grebeg Suro merupakan acara yang diselenggarakan dalam rangka menyongsong Tahun Baru Islam atau Tahun baru Saka yang sering dikenal sebagai tanggal satu Suro. Acara ini termasuk kalender wisata Jawa Timur.

Grebeg Suro merupakan peristiwa ritual budaya yang sekaligus menjadi ajang pesta rakyat Ponorogo. Biasanya, acara Grebeg Surosudah dimulai seminggu sebelum tanggal satu Suro. Yang masuk dalam rangkaian acara Grebeg Suro adalah Festival Reog Nasional, beraneka macam lomba dan diakhiri dengan acara LARUNGAN di Telaga Ngebel.

sumber : http://www.eastjava.com/tourism/ponorogo/ina/culture.html

Gua Lowo

gua lowo

Gua Lowo, dinamakan goa Lowo karena goa ini merupakan rumah bagi ribuan kelelawar yang ada di dalamnya. Go ini terletak di kecamatan Sampung, sekitar 20 km dari pusat kota Ponorogo.

Walau banyak dihuni oleh ribuan Kelelawar, akan tetapi semua kelelawar itu tidak mengganggu masyarakat setempat. Dalam gua ini juga ditemukan situs arkeologi yang memiliki nilai arkeologis tinggi. Suasana yang eksotis, keadaan alam yang nyaman dan alami untuk dikunjungi adalah beberapa nilai yang membuktikan bahwa goa ini sungguh layak untuk di eksplor lebih dalam.

Air Terjun Pletuk

http://browse.deviantart.com/art/pletuk-waterfall-100059117

Air terjun Pletuk, terletak di Kecamatan Sooko, sekitar 30 km dari pusat kota. Tak kalah dengan air terjun Toya Marto, air terjun ini juga dikelilingi oleh udara segar, nuansa tenang, dan angin yang bertiup semilir. air terjun ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga atau hanya untuk merasakan kealamian air terjun yang sebenarnya. Karena suasana yang ditawarkan sangat nyaman untuk air terjun ini dikunjungi.

sumber :http://www.eastjava.com/tourism/ponorogo/ina/platuk.html

Taman Wisata Ngembak



Taman wisata ini terletak di kecamatan Siman, sekitar 3Km di sebelah timur dari pusat kota Ponorogo. Sebelumnya, taman wisata Ngembag dikenal sebagai mata air yang tak terawat. Sekarang, oleh Pemkab Ponorogo telah di kembangkan sebagai taman kota yang dilengkapi dengan kolam renang anak dan juga beberapa permainan anak-anak.

Telaga Ngebel

telaga ngebel

Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Kecamatan Ngebel sendiri terletak di kaki gunung Wilis. Telaga Ngebel terletak sekitar 30 KM dari pusat kota Ponorogo atau yang terkenal dengan nama Kota Reog. Keliling dari Telaga Ngebel sekitar 5 KM. Dengan suhu antara 20 - 26 derajat celcius, suhu dingin nan sejuk membuat pengunjung makin nyaman mengunjungi Telaga Ngebel. 

Selain Reog, Telaga Ngebel merupakan salah satu andalan wisata yang dimiliki Kabupaten Ponorogo. Pemasok air bagi Telaga Ngebel terdiri dari berbagai sumber. Sumber air yang cukup deras berasal dari Kanal Santen. Selain itu, juga terdapat sungai yang mengalirinya, dimana dibagian hulu sungai terdapa air terjun yang diberi nama Air Terjun Toyomarto.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Telaga_Ngebel

Alun-alun Kota Ponorogo

alun-alun ponorogo

Disinilah pada setiap tanggal 1 Suro diadakan acara Grebeg Suro, yaitu pentas seni Reog Ponorogo yang dihadiri oleh banyak wisatawan dari berbagai penjuru.

Alun alun Ponorogo terletak di jantung Kota Ponorogo dimana juga menjadi obyek wisata yang paling menonjol dan indah, berhiaskan berbagai macam patung di setiap sudut jalan.

Pada dasarnya, alun-alun kota Ponorogo merupakan tempat berkumpul masyarakat untuk merayakan berbagai acara tahunan dan kebudayaan seperti Reog. Alun-alun juga merupakan tempat yang dekat dengan pusat pemerintahan daerah Ponorogo.

sumber : http://www.eastjava.com/tourism/ponorogo/ina/town-square.html

Jathilan


Jathilan adalah sebuah tarian drama yang menceritakan tentang pertempuran dua kelompok prajurit berkuda dan bersenjatakan pedang. Tarian ini biasanya mengangkat cerita-cerita babad tanah Jawa seperti, cerita Panji , Ario Penangsang dan cerita lain era kerajaan Majapahit. Dalam penampilanya sang penari menggunakan sebuah kuda tiruan yang  biasanya terbuat dari anyaman bambu dan disebut Kuda Kepang. Bak seorang kesatria yang gagah berani, para penari beraksi sambil menunggangi kuda tiruan tersebut dengan diiringi gamelan jawa.

Pada versi aslinya, pertunjukan dimulai dengan alunan gamelan yang mainkan para penabuh (wiyogo). Kemudian keluarlah para prajurit yang dipimpin senopati nya masing-masing. Adegan selanjuntnya adalah tarian yang menggambarkan persiapan yang dilakukan sebelum perang kemudian dilanjutkan dengan adegan peperangan. 

Saat peperangan akan dimulai, keluarlah Buto, Rasekso, dan Barongan yang dimaksudkan sebagai gambaran makhluk pengganggu.
Setelah beberapa saat satu per satu penari akan mengalami  apa yang disebut trance atau kesurupan (kondisi tidak sadarkan diri tetapi tetap menari). Disinilah pertunjukan mulai seru karna para penari yang kesurupan tersebut biasanya akan melakukan gerakan-gerakan akrobatik seperti, mengunyah beling, mengupas kelapa dengan gigi, bahkan tak jarang penari yang kesurupan ini meminta sesuatu yang aneh-aneh seperti kemenyan, kembang, daun-daun tertentu, meminta bertemu dengan orang tertentu, meminta air dari sumber tertentu dan sebagainya. Kalo permintaan   mereka tidak dituruti, biasanya mereka akan berlari keluar arena untuk mencari sendiri apa yang diinginkanya.

Saat para penari mulai kesurupan, munculah tokoh penthul dan tembem. Penthul dan tembem ini fungsinya sebagai pamomong para penari yang mulai kesurupan tersebut.

Menurut beberapa kalangan,  kesenian jathilan ini mulai tumbuh subur pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro (1825 – 1830). Konon kesenian jathilan ini digunakan para pengikut Diponegoro untuk menjalankan misi intelijen yang ketika itu sedang berperang melawan Belanda (VOC). Adalah penthul dan tembem, tokoh yang menjadi kunci dalam menjalankan misi intelijen ini.  Gerak geriknya yang lucu dan bebas bergerak kesana kemari membuat kedua tokoh ini leluasa untuk mengamati lingkungan atau berhubungan dengan sesama pengikut Pangeran Diponegoro. Untuk memuluskan aksinya mereka biasanya menggunakan sandi-sandi tertentu.

Seiring berjalanya waktu, kini seni tari Jathilan di variasikan dalam berbagai versi baik segi musikalnya maupun segi tarianya. Ada yang mengkolaborasikan dengan gerakan tari modern dan ada juga yang mengemas musiknya dengan musik-musik masa kini seperti dangdut, campursari dan sebagainya.
Bagi kami, yang  versi aslinya adalah yang terbaik, dan di Desa Wisata Banjaroya masih banyak kelompok kesenian Jathilan yang bertahan dengan versi aslinya.

sumber : http://dewabara.wordpress.com/seni-budaya/jathilan/

Warok


Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.

Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. 


by : widyaandika
Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. 

Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

sumber : http://ariesaksono.wordpress.com/2007/11/30/legenda-reog-ponorogo-dan-warok/

Jaran Kepang


Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. 

Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_lumping

Reog Ponorogo


Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur, khususnya kota Ponorogo. Tak hanya topeng kepala singa saja yang menjadi perangkat wajib kesenian ini. Tapi juga sosok warok dan gemblak yang menjadi bagian dari kesenian Reog.
Di Indonesia, Reog adalah salah satu budaya daerah yang masih sang
reog ponorogo
at kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan.


Seni Reog Ponorogo ini terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembuka. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang. Eits, tarian ini beda lho sama tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.

Adegan terakhir adalah singa barong. Seorang penari memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.Berat topeng itu bisa mencapai 50-60 kg lho!Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

sumber : http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Teropong-Daerah/Jawa-Timur/Seni-Budaya/Reog-Khas-Ponorogo

Gajah-gajahan

seni budaya gajah-gajahan

Gajah gajahan adalah jenis kesenian yang mirip dengan hadroh atau samproh klasik, terutama alat alat musik yang dipakai. Instrument musiknya adalah Jedor, kendang, kentongan, dan kenong. Pada saat pertunjukkan gajah gajahan dimulai, patung gajah tersebut dinaiki oleh seorang bocah kecil, yang umumnya perempuan atau laki laki yang didandani seperti perempuan, sambil diiringi oleh pemusik dibelakangnya. 

Gajah gajahan bukan sekedar kesenian panggung, tetapi juga sebagai sarana sosialisasi suatu kabar tertentu (misal; pengajian) dari si penghajat kepada masyarakat luas. Saat memerankan fungsi sosialisasi ini, gajah gajahan diarak keliling desa atau beberapa desa disekitarnya. Cara mengarak gajah gajahan dengan berkeliling desa itu, diharapkan akan mengundang perhatian warga untuk mendengarkan pesan pesan yang akan disampaikannya.

sumber : http://www.pawargo.com/2010/08/kesenian-gajah-gajahan-khas-ponorogo.html

Sejarah Reog Ponorogo




Singo Barong dan Kelana Suwandana adalah dua orang saudara seperguruan yang telah lama menjadi musuh bebuyutan. Permusuhan keduanya makin meruncing saat mereka secara bersamaan mengikuti sebuah sayembara dengan tiga persyaratan yang sangat mustahil untuk dipenuhi.

Pada sayembara dimana pemenangnya bisa menikahi putri cantik Sanggalangit yang juga anak penguasa terkemuka di Kediri, peserta diharuskan mempersembahkan tiga syarat yaitu seratus empatpuluh empat ekor kuda kembar lengkap dengan penunggangnya yang tampan, mahluk berkepala dua, dan tontonan menarik yang belum pernah disaksikan siapapun.

Iri Singo Barong makin menjadi saat tahu saingannya berhasil mendapatkan seratus empatpuluh empat ekor kuda yang tidak cuma kembar namun juga memiliki surai dan ekor berwarna emas. Dengan licik, ia memerintahkan orang kepercayaannya untuk merebut persyaratan pertama yang telah sukses dipenuhi Kelana Suwandana tersebut.
Akibatnya terjadi pertempuran sengit yang memakan banyak korban dari kedua belah pihak, bahkan akhirnya Singo Barong dan Kelana Suwandana harus berhadapan dan bertarung. Singo Barong nyaris saja menang, sayang matahari terbit yang menjadi pantangannya keburu muncul.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Kelana Suwandana, yang berhasil mengubah sosok Singa Barong menjadi mahluk berkepala dua di akhir pertarungan mereka. Kepala yang pertama adalah singa, sementara yang kedua berwujud merak, mahluk peliharaan Singa Barong yang selama ini bertengger dikepalanya untuk membersihkan kutu di kepala pria itu.
Siapa sangka, Singo Barong yang telah berubah wujud singa-merak membuat Kelana Suwandana sukses memenuhi syarat kedua. Untuk syarat ketiga, Kelana mengarak Singo Barong yang telah berubah wujud menjadi singa sambil diiringi gamelan unik yang terbuat dari bambu dan kayu.

Pada akhirnya, Kelana Suwandana tampil sebagai pemenang. Tidak cuma menikahi Sanggalangit dan menjadi penguasa Kediri, ia juga mewariskan kesenian arak-arakan singa dan gamelan yang kini dikenal dengan nama Reog Ponorogo.

sumber : http://terselubung.blogspot.com/2012/06/legenda-reog-ponorogo-dan-warok.html

Sejarah Ponorogo




makam bathoro katong

Daerah yang sekarang menjadi kota Ponorogo pada tahun 1486 adalah hutan belantara. Oleh Bathoro (Batara/Bathara/Betoro) Katong maka hutan tersebut dibabat, didirikan bangunan sehingga penduduk berdatangan, kemudian didirikanlah istana kadipaten. Bathoro (Batara/Bathara/Betoro) Katong yang merupakan utusan kerajaan Demak untuk menyebarkan Islam di Ponorogo ini. 

BerdasarHandbook of Oriental History, 11 Agustus 1496 (1 dzulhijah 901H) yang saat ini menjadi hari jadi Kabupaten Ponorogo merupakan hari wisuda Bathoro (Batara/Bathara/Betoro) Katong menjadi Adipati Kabupaten Ponorogo. 
Bathoro (Batara/Bathara/Betoro) Katong adalah kakak dari Raden Fatah, pendiri Kerajaan Demak. Bernama asli Lembu Kanigoro, Bathoro (Batara/Bathara/Betoro) Katong berayah Brawijaya V atau Bre Kertabumi dan beribu Putri Cempa. 

Walisongo adalah guru dari Bathoro (Batara/Bathara/Betoro) Katong. Guna berdakwah Islam, Beliau bersama seorang santri bernama Selo Aji dan diikuti 40 orang santri senior lainnya berhijrah hingga sampai di wilayah Wengker. Bathoro (Batara/Bathara/Betoro) Katong memilih  daerah yang sekarang bernama Dusun Plampitan, Keluruhan Setono, Kecamatan Jenangan sebagai tempat bermukim. Oleh Bathoro (Batara/Bathara/Betoro) Katong kemudian daerah ini diberi nama Prana Raga. Kata Prana Raga diambil dari babad legenda "Pramana Raga". Sehingga kemudian terkenal dengan nama Ponorogo. Menurut cerita rakyat, Pono berarti wasis, pinter dan mumpuni, Raga berarti jasmani.

sumber : http://waliyuallahliveforever.blogspot.com/2012/09/sejarah-kota-ponorogo-dan-bathoro.html